Inside My Brain — Pentingnya Memisahkan Platform Chat
Salah satu prinsip aku agar bahagia adalah memisahkan waktu kerja dan istirahat. Jangan sampe lagi waktu kerja malah dipake istirahat, ya iya lah! Dampaknya target dari kerjaan itu molor bahkan ga tercapai. Sebaliknya lagi waktu istirahat jangan dipake kerja. Ini nih yang sering terjadi di kalangan hardworker. Penting banget untuk kita istirahat. Menikmati waktu senggang. Kalo waktu istirahat dipake kerja dampaknya nanti hidup kita akan terasa ga bahagia. Sibuk mulu.
Masalah millenials adalah chat. Aku sendiri lagi mengalaminya. Kadang orang itu ngechat ketika kita istirahat. Sumpah rasanya itu ngeselin, tapi gimana yah. Ga ngewaro itu menurutku bentuk prilaku tak bertanggung jawab. Aku wajib untuk menjawabnya karena itu tanggung jawab aku yang udah aku ambil. Apalagi dulu jaman jadi ‘pemimpin’ yang prinsip aku harus mengayomi kawan-kawanku agar mereka ga kebingungan.
Masalah tersebut aku belum pecahkan sepenuhnya. Saat ini solusi dari aku adalah MENUNDA untuk menjawab dan mematikan notifikasi agar tidak terdistraksi. Inget yah menunda bukan berarti tidak menjawab.
Hambatannya platform yang digunakan untuk berkomunikasi untuk tujuan kerja dan ‘gak penting’ itu sama. Jadi kita bisa aja kena distraksi karena membuka platform chat tersebut. Kenapa gak pisahkan platform nya aja? Sayangnya hal itu harus disepakati kedua belah pihak, kalo aku sih hayu hayu aja, tapi ga semua orang kaya gitu.
FYI, Kalo di kalangan developer syukurnya urusan kerjaan dipisahkan menggunakan Slack, Space, Skype, dan lainnya. Jadi WA, LINE, Telegram bisa dipake urusan pribadi. Semoga bukan di kalangan developer aja, di sektor lainnya semoga begitu juga.